Malam ini seperti biasa saya berselancar di Linkein, mencari lowongan-lowongan pekerjaan. Terutama untuk posisi Product Manager atau yang berkaitan dengan Product. Posisi ini saya pilih karena menjadi persimpangan jalan antara teknologi, bisnis, customer dan patner.

Tantangannya komplit, membutuhkan orang yang mampu berpikir generalist dan deduktif namun juga dapat loncat menuju hal hal detail seperti UX/UI ketika dibutuhkan, tidak sering-sering tentunya karena berkutat pada hal hal yang tidak terlalu baik bagi kesehatan mental kita :D

Tapi apa sebab saya menulis bukan soal Product ya. Ini soal pertanyaan yang diajukan salah satu pencari kerja. Sebuah perusahaan telekomuniasi X yang baru saja mencaplok company lain sebut aja si A.

Ada 3 hal yang saya pertanyakan dan akan saya jelaskan alasannya.

  1. Meminta upload begitu banyak dokumen pribadi (KTP, BPJS, KK, Ijazah dll)
  2. Hanya memberikan opsi Male dan Female
  3. Menanyakan AGAMA. Helloooooooooo company Xs!

Point 1, apakah HR dan Legal company ini enggak mikir soal privacy dan keamanan data ya? ngapain dia melakukan data collection yang tidak mereka butuhkan? Dokumen-dokumen itu hanya dibutuhkan ketika pelamar masuk tahap 90% diterima, sebelumnya cukup self declare atau lihat fisik saja.

Bagaimana jika ada kebocoran informasi. Never had been hacked? Dan jika data-data orang yang tidak punya hubungan dengan bisnis anda itu tersiar atau jatuh ke pelaku penipuan indentitas, perusahaan anda siap untuk bertanggung jawab? oh UU nya emang belum jadi yang untuk keamanan data, tapi ada UU ITE dan company Goodwill.

Point ke 2, saya rasa udah standar bagi perusahaan saat ini memberikan opsi ketiga: enggak mau didefinisikan. Entah karena calon karyawan itu tidak merasa Male / Female atau tidak mau self declare karena khawatir mempengaruhi proses seleksi. Bias gender dalam lingkungan kerja itu nyata, dan secara perlahan harus kita perbaiki bukan makin diperkuat.

Di dua point itu saya udah mulai agak goyang goyang ini pantat untuk segera skip. Tapi saya coba turun ke bawah, toh beberapa pertanyaan itu enggak wajib diisi. Nah point ketiga ini bikin saya geleng kepala.

Bayangkan perusahaan sekelas si X yang gede itu (pasti bukan S, M atau XS) kok nanya agama. Dan cuma kasih pilihan: Budha, Hindu, Islam, Kristen dan Katolik. Emang HR perusahaan itu enggak tau kalau ada namanya agama Konghucu, Bahai, Yahudi, Tao, Kepercayaan. Bagian Legal anda enggak ngecek peraturan negara terbaru? Bagian Goverment Relationship anda terlalu sibuk lobby peraturan?

Dan bagaimana orang yang memilih enggak beragama? Memangnya perusahaan punya urusan apa dengan agama para karyawannya? None of your business.

Ngisi lamaran ini saya malah inget orde baru yang emang seneng ngurusin agama penduduknya dan ngumpulin data-data yang enggak perlu dari warganya. Sudah 30 tahun kita berlalu dari orde baru. Jaman berubah, HR juga harus berubah.

Buat yang cari Product Manager siap-siap lah mendapatkan PRD dan narasi yang tajam seperti ini

#openforjobs #privacy #justice

source: https://www.linkedin.com/posts/firdausmubarik_openforjobs-privacy-activity-6827613112443768832-3xJw